Monday, December 6, 2021

Jalan Sehat Untuk Cegah Penyakit Tidak Menular

 Coretan Ringan Menepis Jenuh Di Senja Kota


Aku berjalan meringankan langkah mencari sehat

Sejenak rehat

Buang penat

dari tiap pergumulan berat nan pekat

Mencari waras yang lekat

agar suka datang merapat


Tulisan ringan di atas mengawali kegiatan jalan sehat ku.


Dulu masih dinas di pesisir, Kabupaten Lampung Selatan, hampir setiap minggu pasti jalan sehat. Niat banget turun travel nyari titik yang jauh dari jalur angkot pulang rumah.


Aktivitas jalan kaki lainnya, malah sebelum partus anak ketiga, demi niat mau brojol normal, sampe pergi-pulang kantor jalan kaki (kurang lebih 2 km), sampe H-1 ngajak mertua jalan kaki naik turun tangga jembatan layang (makasih inang , mama mertuaku mau nemenin)  dan terealisasi dong lahir normal (VBAC). 


kali ini juga, demi ngerefresh otak menghadapi desember persiapan UAS, jalan kaki lagi, bisa dibilang mau nyari sehat fisik, me time utk sehat mental juga.


yuk dukung GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dengan salah satu indikatornya, aktifitas fisik. Ini juga menjadi salah DUA indikator Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan strategi CERDIK 

1.Cek Kesehatan berkala

2.Enyahkan asap rokok

3. Rajin Olahraga ❤

4. Diet yang seimbang

5. Istirahat Cukup

6. Kelola Stress ❤


Salam Sehat



Saturday, June 27, 2020

Persalinan ketiga Normal pasca Operasi (Vaginal Birth after Caesarean) VBAC

Hadiah bonus yang tak terduga....



Waktu itu masih menyusui anak kedua umur 18 bulan. Saat tengah malam perasaan lapar terus-menerus dan belum curiga.pikiran sih mungkin karena menyusui jadi lapar terus. saat itu juga anak-anak pada sakit. saya juga merasa kurang enak badan dan meriang. dan kemudian anak-anak sudah pulih dan sehat tapi badan saya masih tidak enak.

 dari situ saya mulai tersadar Astaga Kapan saya menstruasi terakhir. langsung deg-degan lalu mulai curiga Apakah saya hamil. saat itu saya masih bekerja di kantor jadi saya langsung m pergi mencari PP test di apotek. siang-siang bolong juga langsung ke kamar mandi untuk mencoba Test pack. nggak pake lama langsung keluar dua garis yang jelas dan terang. bengong kaget dan bingung. Kok bisa garis 2. kebetulan juga karena suami kerja di luar kota, ga terlalu mengkuatirkan siklus menstruasi. dan akan aware seandainya suami mau pulang cuti.
tapi rencana manusia siapa yang tau,  ketemu suami bukan di cuti tahunan, jadi lupa akan namanya jadwal subur.

Kembali ke garis 2, langsung menjadwalkn untuk kontrol ke dokter kandungan utk konfirmasi. dan benar, ternyata sudah 8 minggu usia kandungan.

sejak tahu hamil, langsung kepikiran gimana nanti lahir. bakal ngasuh 3 anak dgn kerepotan2nya. karena itu bertekad untuk lahir normal, dengan motivasi cepat pulih dan bisa menghandle 3 bocah.
tekad lainnya adalah, pengen lahiran didampingi suami, biar suami punya memori langsung bagaimana perjuangan seorang perempuan untuk bersalin.
segala tekad ga akan terealisasi tanpa seizin Tuhan.

Tekad itu pun selalu jadi materi doa tiap saat bersyafaat. dan secara manusia, wajar meminta kepada Bapanya apa yg diinginkan.  dan tetap saat menaikkan doa, ingat bahwa bukan kehendak kita yang jadi, tapi kehendak Tuhan.

trimester akhir pun datang, slama ni untuk periksa ketiga dokter kandungan dah dikunjungi. 2 dokter praktek di rumah sakit yang sama. 2 dokter praktek di rumah sakit yang lain.

dokter pertama yg didatangi adalah dokter laki yang jadi langganan saat saya hamil pertama dan kedua. karena memang ramah. tapi beliau, agak kuatir dengan keinginan saya untuk rencana bersalin normal. tapi mungkin karena dokter tetap memperhatikan keinginan saya, dia menjawab hampir sama, kita lihat ya kondisi perkembangan selama hamil. cuman ada saat terakhir saya konsul sama beliau, dia menunjukkan kalau ada 1 lilitan di leher saat USG. nah yang ini bikin cemas saya.

Kemudian, 1 dokter perempuan, saat konsul, saya coba utarakan niat untuk lahir normal. dan tetap jujur ke dokter kalau sudah punya histori persalinan kedua yg operasi. Saya rasa semua dokter pasti tidak merekomendasikan secara langsung untuk normal ketika punya riwayat SC. tapi dokter ini baik, tetap memberikan sugesti positif untuk melihat kondisi kehamilan dan janin. dan semua memang dalam kondisi baik. beliau hanya bilang kita lihat perkembangannya aja. yang penting jangan gede bayinya ya.

dokter ketiga yang saya datangi, bener bener mengecewakan. dokter laki-laki yang senior, sebut aja dokter Z, saya datang kesini karena ingin usg 4D yang memakai jaminan BPJS. saat saya utarakan ingin VBAC (Vaginal birth after Caesar) dia langsung spontan menjawab tidak bisa setelah melihat riwayat sc di buku yang ditulis perawatnya. Saya potong juga omongannya, saya ga ada keluhan selama hamil ini. kemudian, beliau agak melunak dengan menanyakan kriteria VBAC, seperti jarak kehamilan ini dengan anak sebelumnya.

Di usia kehamilan 39 minggu  , karena belum ada tanda-tanda bersalin, saya mengunjungi 1 dokter lagi perempuan, sebut aja dokter Di, yang memang banyak juga teman diperiksakan beliau. langsung to the poin kalau saya ingin VBAC, beliau juga ga pake lama, langsung mengajak USG, semua hasil menunjukkan tidak ada masalah, posisi bayi sudah dibawah, ukuran bayi ditaksir sekitar 3,1 kg. Baiklah, kalau berkeinginan seperti itu, silahkan ibu upayakan untuk mengajak bayi lahir normal karena sudah matang usia bayi didalam. banyak berjalan, jongkok, ngepel, atau campur dengan suami. yang terakhir ini saya bilang, tidak bisa karena suami kerja di luar kota. kalau begitu, boleh diganti dengan merangsang puting, begitu sarannya. dan nanti ditanggal prediksi yaitu 27 april, silahkan datang untuk periksa lagi.

setelah dari dokter tersebut, hari hari dilalui dengan aktivitas merangsang si bayi untuk lahir. nyapu, ngepel, nyikat kamar mandi, gendong anak nomor 2, dan yang pasti jalan kaki,hampir tiap pergi pulang kerja jalan kaki sekitar 2 km.

ketika tanggal 27 datang, belum ada juga tanda-tanda kelahiran, pikiran makin cemas aja. anjuran dokter untuk periksa lagi, tidak dilakukan. karena kuatir kalau datang konsul, malah disuruh operasi.

Sedikit mengulas pengalaman anak kedua, saat usia kehamilan masuk 40 minggu lebih 1 hari, saya datang konsul ke dokter yang pertama tadi saya ceritakan. dan dokter itu bilang, kalau lebih baik dirawat saja dan dibantu dengan induksi karena usia bayi sudah matang, nanti kalau lama bisa beresiko dengan bayi seperti air ketuban makin sedikit dan keruh. Setelah diinduksi 24 jam, tidak ada pergerakan bukaan mentok di bukaan 5. dan saat itu juga dokter menyarankan untuk segera operasi. beliau bilang cito. wah kalau sudah cito, saya ga bisa lagi menyanggah. dan anak kedua lahir dengan tindakan operasi.

Keputusannya adalah tetap menunggu di rumah. Bapak suami dah sibuk beberapa kali menanyakan, kapan kamu lahir. Itu juga bikin kepikiran. apalagi emak saya, sudahlah, kalau sudah ga tahan lagi, ayo operasi,karena beberapa kali saya ngeluh, sakit semua badan, dah ga enak ngapa ngapain. Kalau suami wajar nanya, karena posisi dia kerja di luar kota ( 1 provinsi, beda kabupaten). Dia berharap segera dapat kabar mau lahiran, biar dia segera cuti, dah pengen refreshing pikiran dari aktifitas pekerjaannya yang melelahkan dan bisa ketemu dengan keluarga.

Beberapa teman juga berkomentar, wah masih tinggi loh posisi bayinya, belum turun. Saya bilang aja, berhubung saya stunting 150cm (istilah kerdil- saat ini yang lagi trend), ya luas perut saya terbatas makanya kelihatan masih terlihat di atas, tapi dah sakit kok daerah selangkangan. Kebetulan saya bekerja di puskesmas, masuk 36 minggu, hampir tiap minggu minta tolong teman bidan untuk palpasi atau meraba posisi bayi. Ada 1 teman bidan bilang kalau bayi memang masih goyang kalau belum mau lahir, tapi kalau dia sudah masuk panggul ngunci, kontraksi stabil, itu tanda-tanda mau lahir dan
boleh dipersiapkan untuk persalinan.

Keesokan harinya, di tanggal 28 April 2020, pikiran sudah gundah gulana, kok belum juga ada tanda - tanda.Setiap ada tanda-tanda basah di celana dalam atau saat buang air kecil, selalu meneliti apa ada bercak flek atau darah. Siangnya, berhubung terus galau, akhirnya memutuskan mengajak mertua untuk keluar ke pasar. Sebenarnya agak takut juga keluar di saat pandemi ini. Apalagi, naik angkot, mau bawa motor dah ga kuat lagi.

Kebetulan mertua datang dari Medan sudah dari tanggal 21 April 2020. Senang sih bisa datang mertua, tapi memikirkan di masa pandemi virus corona ini, agak kuatir juga kontak dengan siapa pun yang perjalanan dari luar kota. Tapi yakin aja, mertua kan begitu aware dengan kesehatan. Segala persiapan pencegahan disiapkan mertua, seperti masker, hand sanitizer, jaga jarak. Saat jemput di bandara pun, ga ada ritual cipika cipiki dan canggung jadinya. Yah semuanya dikarenakan kondisi pandemi ini.

Kalau di pikiran saya, mertua mungkin berpikir kok belum lahir - lahir ya mama humala ini dan ga mau menyinggung perasaan mantunya ini, takut jadi beban pikiran karena belum lahiran juga (entah benar atau tidak pikiran saya, hehe. Berasa saya bisa baca pikiran orang 🤪🤪). Padahal emak saya sendiri dengan enaknya ngomong ngajak operasi dah dari kapan kapan.

Kami pun keluar jalan ke pasar. awalnya naik angkot, sampai di sekitaran pusat kota, saya bilang sama mertua, kita jalan terus ya inang (panggilan menantu ke mertua-bahasa batak)
kebetulan ada 3 tangga penyebrangan dilalui, bener bener sangat melelahkan dan sakit badan semuanya. Tadinya ga tau mau beli apa, hanya sekedar mau menghabiskan waktu untuk jalan, usaha agar cepat lahiran. Ternyata lihat di pasar ada nanas, beli nanas dua buah. Lihat buah pisang, beli pisang, kebetulan juga masih puasa, banyak bahan buat cendol, beli juga cendol. dan terakhir mertua beli timun (untuk orangtua yang sudah pada tensi tinggi).  setelah itu jalan lahi ke tempat ngetem angkot dan pulang.

Tengah malam makin ga enak ini badan. Kontraksi sudah datang walau tidak sering. Berhubung memang ngarep biar cepet lahir, inget teori mancing kontraksi, dengan rangsangan puting. itu terus yg dilakukan. memang saat kita rangsang puting, nyeri kontraksi berasa banget, sampai subuh begitu terus yang dirasa. Kemudian saat buang air kecil, ngeliat ada jaringan darah ngalir di lantai saat cebok. Padahal beberapa  minggu ni slalu meratiin CD apa ada tanda bercak. Lah mungkin karena dah bosen jadi ga kepikiran untuk peratiin CD. Jadi, bener2 surprise. Kemudian ambil tisu, nyoba menyeka daerah kemaluan dan bener memang ada bercak darah segar. Kalo dulu waktu hamil pertama ngeliat gitu begitu kuatir. kalo sekarang, seneng banget, hore bentar lagi mau lahiran. apalagi dengan diikuti rasa kontraksi.

Saya mulai kepikiran dan penuh kebimbangan, apa bener saya mau lahiran karena mau menghubungi pak suami untuk datang. Tapi takutnya salah menyimpulkan, karena waktu hamil pertama baru seminggu kemudian lahir setelah insiden lihat bercak darah di CD (kiblatnya selalu ke kehamilan pertama karena dah tau rasa lahiran normal).
Kemudian, ambil teori menjelang persalinan yang lain yaitu, tempo kontraksi yang semakin pendek dan rasa yang begitu sakit.
Saat rasa bimbang datang, slalu seneng berdiskusi dengan Tuhan. Kucoba menenangkan diri sembari menikmati kontraksi itu, Tuhan saya panggil ya papa oce, tolong izinkan dugaan anakMu ini benar kalau akan lahiran. "Hamba meminta izinkan hamba juga merasakan sekali saja persalinan didampingi suami, hamba ingin lahir normal juga Tuhan, hamba ingin suami melihat bagaimana perjuangan hamba karena mungkin ini yang terakhir hamba bersalin, sudah cukup untuk 3 malaikatMu, bukan maksud memaksakan kehendakku Tuhan, ini adalah rasa yang sesungguhnya hamba rasakan dan inginkan, bukan karena keegoisan diri tapi juga memikirkan hamba harus segera pulih karena abang dan kakak perlu perhatian mamanya, sembari merawat adik bayinya. Tuhan lihat kondisi hamba, yang akan sendiri menjaga merawat anak2. Suami akan kembali ke tempat kerja, orang tua juga sibuk dengan usahanya. tapi tetap Tuhan hanya kehendak Tuhanlah yang jadi. dengarlah harapku, Bapa. amin". Kurang lebih begitulah selalu percakapanku dengan Tuhan Yesus.

Jam 5 pagi saya segera mengirim wa ke suami. Pa, aku sepertinya mau lahiran, tapi ga yakin juga sih.
"Gimana kira2 aku berangkatkah?".
 "Ntar dl ya. masih bingung dengan tanda-tandanya"
Ku wa lagi, setelah makin nikmat rasa kontraksinya, "pa, berangkat sekarang ya."
Abis tuh wa ku ga di read2.
Inisiatif langsung ku telfon paksu. "Pa, berangkat ya.", "ya ma aq berangkat"
dari sana sepertinya kedengaran berat suaranya. "kamu tidur ya.", "iya, ngantuk kali aku"
Bener dugaanku, pantes belum diread wa nya. mudah tidur soalnya paksu ini. Untung  ditelfon.

Kembali lagi dengan pengalaman anak pertama, coba ngitung dari mulai mules sampe lahiran sekitar 12 jam. nah ini, jam 5 pagi, mungkin perkiraan sore lahiran. Jadi bisa kekejer dong suami nemenin, karena perjalanan suami dari lokasi kerja ke rumah sekitar 6-8 jam. Memang udah rencana untuk ga buru buru ke rumah sakit, takutnya petugas disono ga sabar nungguin, kitanya stress, bayi stres, disuruh operasi pula. Jadi, ngerasain mules di rumah sembari nunggu suami sampe.
Ternyata jam 12 siang suami sampe di rumah, setidaknya istirahat dulu makan siang, main sama anak anak.

Jam 2 ngajak suami siap-siap ke rumah sakit. dah siapin perlengkapan semua. Saya menghubungi bapak saya yang lagi usaha untuk antar ke rumah sakit (paksu ga berani bawa mobil di kota, biasa tinggal di pelosok sih). Agak hebohlah, karena semua mau antar, ada Bapak, mama, mertua dan suami. Anak anak dijaga sama kakaknya (ponakan saya anak kuliahan) padahal kondisi wabah covid ga boleh rame rame. Alhasil nyampe di UGD rumah sakit hanya bisa 1 orang yang nemenin. Jadi, suami lah yang nemenin masuk. Bapak, mama dan mertua nunggu diluar.

Sesampe di UGD, di VT (vaginal touch-periksa dalam) oleh bidan, sudah bukaan 4-5. Ditanya siapa dokternya, saya bilang dokter saya "dokter Di" untuk segera dapat tindakan. Suami urus administrasi dan kamar, setelahnya saya juga langsung diarahkan rekam jantung bayi dulu di kamar perawatan, dan hasilnya bagus. Kemudian dilanjutkan USG lagi dengan dokternya. Hasilnya bagus semua, ukuran bayi sekitaran 3,1 kg. Lanjut lagi di VT sama dokter. Dokter bilang dah bukaan 5-6. Tadinya kalau belum maju, akan disuruh kembali ke kamar perawatan, tapi tidak jadi setelah diperiksa dokter Di. Saya sambil menahan nikmatnya kontraksi, disuruh bidan untuk buat surat pernyataan akan persalinan normal ini. Semua resiko tindakan normal akan diterima dan merupakan keinginan sendiri. Saya juga nanya bolehkah jalan - jalan biar makin cepet lahiran. kata bidannya ga usah, di bed aja sambil miring ke kiri, nti tenaga nya habis kalau jalan-jalan.

Semakin lama semakin menjadi " rasa nikmatnya" kontraksi ini (kata orang pamali kalau dibilang sakit atau nyeri untuk rasa kontraksi ini, soalnya kehamilan, rasa kontraksi itu berkat, jadi harus dinikmati ), tapi saya mau jujur, ini bener bener sakit banget, melebihi sakit kontraksi waktu kehamilan pertama. Spontan dan naluri aja, selama kontraksi terus ini mulut ngoceh kesakitan, ngeluh waktu yang lama, kok ga lahir-lahir, bicara sama adek bayi didalam biar bantu mamanya cepat lahir dan macem macem ocehan keluar.

Beberapa waktu kemudian Dokter Di datang ke bed menghampiri, karena beliau mendengar ocehan saya yang kesakitan banget, dia coba VT lagi masih bukaan 6, kemudian kami ngobrol (sekalian mengalihkan fokus biar lupa rasa sakitnya),  Dokter Di coba elus elus perut untuk bantu ningkatin kontraksi. Dia juga menghitung jarak kontraksi sudah dekat. Dokter Di minta bidannya menyiapkan ruangan tindakan. Kemudian beliau VT lagi dan sudah maju bukaannya di 6-7.

Sakitnya bener bener semakin menjadi jadi, saya sampe terucap ada obat pengurang rasa sakit kah, lupa kalau sebenarnya kontraksi itu ngajak bayinya maju untuk lahir. Bidan dan dokter Di bilang ya sakit itu yang dicari, kalau ga sakit ga bisa lahir bayinya.
saya juga ngerasa pengen pipis, bidannya bilang pipis aja di diaper tapi saya bilang ga bisa. Saya pengen pipis di toilet, bolehkah turun dari bed. saya diperbolehkan ke toilet. dan setelah itu, makin sakitlah kontraksinya. Di VT lagi ,sudah bukaan 8. wah cepet juga kata dokter Di. Bidannya menjawab," ibu ini tadi turun ke toilet mau buang air kecil" mungkin efek gravitasi itu, jadi bukaannya makin nambah.

Dalam sakit itu saya ga lupa ngoceh minta tolong sama Tuhan, bantu untuk kuatkan. bener2 sakit banget. dan sempat menutup mata berdoa sungguh, "Tuhan Yesus, perjuangan hamba sudah sampai sini, menunggu ini, hamba sampai bela-bela jalan kaki, nahan kontraksi yang kadang - kadang muncul,  suami sudah datang mendampingi, izinkan hamba berjuang sampai bisa lahir. Jangan sia siakan perjuangan hamba, Tuhan. kasihani hamba, anak-anak hamba, izinkanlah bayi ini segera lahir dan beri kekuatan pada hamba, berkati Tuhan Yesus, amin."

Kemudian rasa mules makin kuat, dokter Di juga sudah siap menunggu sampai ada tanda tanda bayi mau keluar. Beliau juga mengintruksikan bidan untuk bantu rangsang puting. agak risih juga ya, puting susu kita disentuh orang lain.
Tiba -tiba ada rasa kayak mau ngeden, dokter Di dan bidan mengajak untuk ngeden, tapi tidak pakai teriak, biar ga abis tenaga.
saya coba ngeden, tapi kok susah banget. sekali ngeden, hanya capek dan nyeri yg dirasa. Dua kali coba lagi ,sama aja. Sampe berulang kali, sepertinya lebih dari 10 x ngeden, belum keluar keluar si bayi.

Disaat kondisi mulai melemah,  mulai berpikir untuk menyerah. Dalam hati berkata, sudahlah, ga sanggup banget rasanya. Apa harus caesar lagi?
Tapi terlintas juga dibenak, perjuanganmu sudah panjang untuk sampai saat ini, jangan jadi sia-sia, ingat juga sama abang dan kakak di rumah, mereka butuh dirimu cepat pulih, ingat juga dirumah, belum ada orang yang membantu. Tak lupa juga untuk berdoa (senang berbicara dengan Tuhan seperti ngobrol sendiri tanpa sikap berdoa) ,"Tuhan tolong kasih kekuatan padaku. Engkau tau nyeri ini ditambah sudah lelah,capek. Bantu hambaMu, beri kekuatan untuk mengeluarkan anak ini, kasihani hamba, hamba percaya Tuhan mampukan, amin.

Saya berasa mendapat kekuatan berlipat-lipat, rasa nikmat datang lagi, saya pun coba ngeden. Saya merasa kok seperti ngeden mengeluarkan kotoran. Dokter bilang, sebentar saya lap dulu kotorannya (ya ampun, begini ya dokter, sampe rela juga bersihkan kotoran kita). Tapi setelah itu, Bidan dan dokter berteriak ayo bu, sudah kelihatan kepala bayi. Mendengar itu segera saya kumpulkan tenaga lagi, saat ngeden tiba-tiba dokter mengambil gunting dan menggunting episiotomi. Wah ga terkira pedihnya, berasa jadi berlipat - lipat nyeri yang dirasa. Tapi, untuk mengalihkan sakit itu, saya lanjutkan untuk mengeden dengan tenaga maksimal, alhasil bayi saya keluar. Rasa syukur saya benar - benar tak terkira. Berulang kali saya berteriak. "terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Tuhan Yesus, Terima kasih Tuhan Yesus"

Pak suami semangat banget lihat anaknya sudah lahir, dia ngikutin bidan yang membawa bayi, saya dibiarkan dengan dokter. Begitulah pak suami dari lahiran anak pertama, anaknya dulu yang dilihat baru istrinya. ( Haha, iri sama anak ya. )

Suami datang lagi,dia kasih tau berat bayi 4kg panjang badan 50cm. Astaga, pantes kok susah banget lahirnya. dah ngeden berulang - ulang, belum lahir-lahir. seingetku dulu, si abang yg pertama lahir hanya 2 kali ngeden aja, memang berat lahirnya 3,1kg.

Tapi saya benar-benar bersyukur, Tuhanku mengabulkan doaku. Aku bisa lahir normal dan didampingi suami. Waktu lahir ini pun sudah dirancang Tuhan, sehingga mertua, suami bisa ada semua. Terkhusus suami, sempat juga minta dalam doa, agar jangan malam hari datangnya mules, karena sangat ngeri suami berangkat dari lokasi kerja ke rumah, rawan, dan terpaksa harus nunggu esok harinya yang kemungkinan saya bisa tidak ditemani suami. Puji Tuhan subuh dikasih tanda lahiran, suami bisa perjalanan pagi, dan selama proses persalinan ada menemani. Dia pun seperti tercengang dengan pengalaman pertamanya melihat langsung proses persalinan, walaupun dia juga sudah pernah lihat video persalinan di youtube.

Pengalaman ini memang ingin saya bagikan, sebagai bentuk kesaksian baiknya Tuhan yang mau mendengar doa anakNya. Dan juga, untuk memotivasi mama mama yang ingin merasakan lahir normal setelah persalinan sebelumnya melalui operasi.

Memang Tuhan ingin melihat keseriusan kita atas permohonan kita. Jadi perlu usaha dari kita, mulai dengan menjaga kehamilan agar tidak ada masalah, makan makanan bergizi, rajin bergerak, rajin kontrol, mengkomunikasikan ke bayi dalam perut untuk bantu mama biar keluar dengan normal, rajin jalan, apalagi menjelang taksiran lahir, lebih ekstra lagi.

Akhir kata, tanggal 29 April 2020 pukul 19.00 wib, telah lahir anak ketiga kami, putri kedua dengan normal (Vaginal Birth After Caesarean- lahir normal setelah sebelumnya operasi ) dengan BB 4 Kg dan PB 50 Cm. Bayi ini kami beri nama Sashenka Josephine Lubis, artinya anak yang penolong yang selalu bersukacita didalam Tuhan.

God bless you all

Tuesday, June 19, 2018

Proses bersalin Sectio Caesarian

Ditaksir tgl 13 jan 2018 istilahnya HTP- hari taksir persalinan. ternyata sudah dinanti2 tp belum lahir jua. masih keukeuh ingin normal krn abangnya lahir normal spontan. 14 januari 2018 coba dikonsultasikn ke dokter obgyn. dokter meminta agar dilakukan pemeriksaan rekam jantung setelah melihat hasil usg yg katanya bayinya besar, air ketuban sudah mulai berkurang. tp kali ni dokter masih menawarkan induksi via infus kar3na hasil rekam jantung bayinya bagus. so tgl 15 januari 2018 disuruh datang utk dirawat. saya segera menghubungi suami yang bekerja diluar kota utk segera datang karena saya sudah mau lahiran dan harus dirawat.

Siang hari hubungi petugas utk mencari kamar. Karena memanfaatkan bpjs, sy coba cari kamar sesuai kelas yang saya dapatkan, yakni kelas 1. tapi kamar semua penuh.mau naik kelas vip juga penuh. turun kelas 2 penuh. ditawarkan untuk kelas 3. mau ga mau, saya akhirnya terima untuk turun kelas 3. sekitar pukul.03 sore telah dapat kamar, sesampai di kamar perawatan, perawat langsung menginfus dan memasukkan obat induksinya. di kamar perawatan kelas 3 kapasitas utk 5 orang. tapi disana masih berisi 2 pasien dan baru dioperasi jg  jadi ada bayi juga dikamar kami ini. ga berapa lama kemudian sudah datang suami untuk mendampingi.

Selama diinduksi dari rasa mules yang ringan, sampe lumayan sakit kok sepertinya tidak ada progress bayi mau keluar. hanya rasa mules aja.
perawat mem-VT (Vagina touching) masih bukaan 4. walo kontraksinya sering dan sakitnya lumayan, ga menyurutkan semangatku untuk berjalan2, jongkok bediri jongkok agar merangsang bayi turun.

Malam pun telah larut, sy ga ada rasa ngantuk. bukan karena sakit, tapi karena ingin terus bergerak berjalan mondar mandir supaya bayinya turun.
pkl.03.00 dini hari perawat dan bidan2 berdatangan untuk memandikan bayi2 teman sekamar yg baru lahir. wah kamar jadi ramai. Benar2 ga jadi ngantuk.  kita pun jg disuruh mandi walau dengan infusan.

Menunggu pagi sy sudah mulai kuatir kok setelah di VT ga ada progress bayi turun, tetap di bukaan 4 kata bidan yg datang periksa.  sy juga memeriksakan pedarahan dijalan lahir, kok hanya lendir kayak flek yg sy rasa. bukan banyak darah seperti pengalaman saya saat melahirkan anak pertama. Bidan mengatakan sambil menunggu dokter visit pagi hari, saya terus diminta jalan2. ga lama kemudian datang bidan lagi utk coba rekam jantung ulang.  sepertinya ada yg berbeda hasil rekam jantung pagi ini dibanding dengan pemeriksaan rekam jantung kemaren.

Pagi pun datang, dokter obgyn akhirnya visit. dia bilang "ibu harus operasi ya".ditanya juga apa ada makan 8 jam terakhir. sy bilang dini hari ada makan sesobek roti. baiklah kalo hanya sedikit bisa langsung operasi pagi ini. sy coba bargaining dgn dokternya apa ga coba nunggu lg. saya kuat kok nahan sakit kontraksinya. masih berharap ingin lahir normal. "ini cito (kondisi mendesak) karena hasil rekam jantungnya kurang bagus. takut beresiko dengan bayinya ",begitu jawab dokternya.

Pupus rasanya hati ini yang berharap ingin lahiran normal. saya akhirnya pasrah untuk di operasi. Perawat segera mempersiapkan saya. persiapan yang menyakitkan datang, sqya harus pasang kateter. aduh rasanya ampun. Suami juga ikut mengantar ke pintu operasi. sedih juga saat anak pertama, persalinan sy normal tp suami ga bisa mendampingi karena proses spontan  jadi dia ga bisa tiba2 datang.dia harus permisi dulu dengan bos nya. untuk persalinan kedua ini, suami juga tetap ga bisa disamping sy menunggu proses persalinan sectio caesarean yang memang dilarang.

sendiri saya masuk ke kamar operasi. Detik2 memasuki kamar operasi, rasa sakit kontraksi efek induksi tadi baru kerasa sakitnya minta ampun. mungkin karena saya tegang.
sembari menunggu dianastesi (bius), saya terus berdoa minta pertolongan Tuhan semoga lancar
semuanya.

anastesi sudah dilakukan secara epidural, hanya bius sebagian. saya menggigil di kamar operasi. sangat dingin. memang saya ga merasakan sakit, tapi proses bedahnya saya coba menyimak dengan berkonsentrasi. sy tidak mau memandang ke arah penutup stenlis dengan kain di hadapan saya, karena sepintas stenlis itu dapat memantulkan kegiatan dokter membedah perut saya.

Ga berapa lama kemudian, perut saya ditekan sekali dan dokter mengeluarkan bayi dari perut saya. bayi sayapun menangis. mendengar tangisan bayi saya, tiba2 saya jadi menangis seunggukan. Ya Tuhan ini rasanya perjuangàn seorang wanita. sambil sy berdoa menaikkan syukur karena Tuhan pimpin proses persalinan sy dan anak sy  boleh lahir sehat sempurna.  makin banjir air mata saya saat perawat mengantar bayi saya kehadapan sy untuk diberi ciuman pertama saya untuknya.

selesai semua proses operasi, saya diantar ke kamar perawatan dan bertemu dengan suami saya. dia sudah melihat bayi kami yang lucu sembari mengurus adminstrasi kelahiran bayi di kamar perawatan bayi. Dalam dokumen bayi kami tertera bayi kami lahir tanggal 17 januari 2018 pkl.09.50; BBL: 3450 GR; PB: 50 CM.

Sembari menunggu bayi kami diantar ke kamar, kami mendiskusikan nama bayi kami, saya memang sudah mencari nama2 bayi perempyan selama hamil dan akhirnya diputuskan nama bayi kami adalah "SANARAH MIRACLE LUBIS".
Sanarah dari bahasa Ibrani berarti diberkati Tuhan, Miracle dari bahasa Inggris berarti keajaiban dan Lubis adalah marga dari suami. jadi arti keseluruhannya adalah Boru Lubis yang diberkati Tuhan dan terus dipenuhi keajaiban2 dalam menjalani hidupnya.




Monday, February 23, 2015

Welcome my prince Humala

Pertolongan Tuhan Yesus Kristus yang terus campur tangan di setiap sisi hidupku dan smakin memperkuat imanku Secara manusia aq adl manusia yg terbatas, lemah dan rapuh. Tp kl q jalani hidup ni dg kuat kuasaku, mutlak aq ga mampu. Krn itu, dlm ketidakmampuanku q berseru pd Tuhan, kuatkan aq Tuhan menjalani tiap masalahku, pergumulanq baik di pekerjaan, pergaulan, keluarga bahkan konflik rmh tangga. 

Kadang dlm hening malam, atau saat diam di keramaian,q berseru bahwa aq ga mampu Tuhan hadapi pergumulanku. Kuatkan aq. Dahsyatnya Tuhan, Dia punya jalan keluar utk smua pergumulanq sehingga hanya sukacita dari Tuhanlah yg q punya. Bukan brarti masalah selesai, tapi setidaknya aq bs ikhlas terima pergumulanku bukan dg sungut.

 Scr khusus qmrasakn pertolongan Tuhan nyata dlm hidupku, saat q hrs berjuang dlm mengandung dan melahirkan malaikat kecil anugrah Bapa surgawi. Dlm tuntutan tugas, q hrs tinggal di tmpt yg jauh dri keluarga, org tua. Lagi2 Tuhan baik, Dia kirimkn saudara2 baru yg walau tdk ada ikatan klrga, mrk membantu dan menemaniku dg kondisiku sprt itu. Atau saat mrk pnya kesibukan sendiri, aq hrs mampu mengandalkan diri sendiri. 

Ada saatnya q tersentak dlm sepi,ketakutan dan komplain knapa aq hrs jalani hal sprt ni. Luar biasanya Tuhan trs baik bwtku.... sesakitnya persalinan, bahkan ketika medis sdh membri alternatif operasi, dg brpengharapan pd Tuhan, shg Tuhan boleh memampukan aq utk bs lahir normal dan tryt dibalik itu smua, Tuhan jg yg menguatkan anakku, membri sehat. Dg kondisi ketuban sudah kering dan sudah hijau, anakku msh sehat. Terimakasih Tuhan....terimakasih Tuhan...
selamat datang anakku sayang...


HUMALA OSAZE LUBIS 
RSIA Sri Ratu - Medan, 13 Juli 2014



Friday, December 12, 2014

IKHLAS

Trimakasih Yesusq...ktika aq ikhlas,aq sabar,aq mraasa tnang.jaga trus hatiq agar tetap seperti itu.jgn biarkan emosi amarah mnguasaiku...
Aq tau,Engkau punya sesuatu Ɣğ indah bagiku sesuai δƍη waktuMu ketika aq dapat ikhlas. Amin

MELEPASKAN PENGAMPUNAN

MELEPASKAN PENGAMPUNAN
Bacaan: Matius 18:21-35
Tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu (Matius 5:24)
------------------------------------------------------------------
Bacaan setahun: Matius 10-11
------------------------------------------------------------------
Dosa adalah utang. Untuk membebaskan manusia dari utang dosa itu, Allah harus membayarnya sangat mahal-dengan mengurbankan Putra-Nya, Yesus Kristus! Sungguh mencengangkan, bukan? Mungkin suami atau istri, anak atau orangtua, kerabat atau sahabat juga pernah menyakiti hati Anda dan melakukan kesalahan. Dosa dan kesalahan mereka itu seperti utang yang perlu mereka selesaikan. Supaya luka batin Anda disembuhkan dan hubungan Anda dengan mereka dipulihkan.
Sebagai orang yang telah ditebus Kristus dan diberi hidup baru, Anda dan saya dipanggil untuk mengampuni, bahkan mengasihi dan membalas kejahatan sesama dengan kebaikan. Tak peduli mereka sudah meminta maaf atau belum. Ketika kita tak sudi melepaskan pengampunan, hati kita akan dibelenggu oleh kejengkelan, kemarahan, kepahitan. Hidup jadi tak nyaman-susah tidur, makan tak enak, relasi jadi beku penuh prasangka. Sebab, kesalahan dan dosa itu sampah! Ketika kita enggan membereskan dan menunggu mereka meminta maaf, kita menimbun sampah di dalam hati. Dan, membuat hidup kita sendiri menderita. Seolah-olah kita tersandera dalam "penjara" buatan sendiri, sambil dikelilingi para "algojo" yang siap menyiksa.
Jika Anda sedang dalam kondisi seperti ini, tinggalkanlah sejenak ibadah Anda, puasa Anda, pekerjaan Anda. Atau, jika Anda sedang terbaring hendak memejamkan mata, segeralah bangkit. Temui seteru Anda dan berdamailah. Lepaskan pengampunan-tak peduli ia mau menerimanya atau tidak. --Susanto /Renungan Harian
------------------------------------------------------------------
ANDA SUDAH DIMERDEKAKAN OLEH KRISTUS.
JANGAN PENJARAKAN HIDUP ANDA DENGAN KEENGGANAN MENGAMPUNI.
------------------------------------------------------------------
Dikirim dari Alkitabku. Unduh di http://android.alkitabku.com

Saturday, September 7, 2013

(Henny Arida Purba) HenSi's Wedding

Salam Sejahtera...

Oleh karena Kemurahan Tuhan
Kami telah sepakat
untuk mengikat janji di Rumah Tuhan,
menyatakan Kasih, menyatukan Cinta,
seia sekata mengarungi
hari depan nan bahagia.

Oleh Kasih Anugerah dan Rencana Allah
kami akan dipersatukan dalam pernikahan Kudus
serta akan saling membagi cinta sejati

Sihar Fernandus Lubis, S.T (Sihar)

Dengan

Henny Arida Purba, S.KM (Henny)

Untuk menerima



PEMBERKATAN PERNIKAHAN:
Hari/Tanggal : Sabtu/14 September 2013
Pukul : 10.00 WIB s/d selesai
Tempat : Gereja HKBP Moria Jl. Sei Mencirim
- MEDAN

Pesta Adat:
Hari/Tanggal : Sabtu/14 September 2013
Pukul : 12.30 WIB s/d selesai
Tempat : Wisma Jaya Puri
Alamat : Jl. Sei Mencirim No. 172 - MEDAN

Dan

RESEPSI :
Hari/Tanggal : Sabtu/ 21 September 2013
WAKTU: 09.00 WIB s/d 13.30 WIB
Tempat : Pondok Rimbawan - Guest House
Alamat : Jl. Pangeran Diponegoro Tanjung Karang - Bandar Lampung

Tiada satupun kata yang dapat mengungkapkan
rasa terima kasih kami atas keringanan langkah
serta kesediaan Bapak/ibu/Saudara/i
berbagi kebahagiaan bersama kami.

Tanpa mengurangi rasa hormat, undangan elektronik ini menjadi undangan resmi mengingat kesulitan jarak dan waktu untuk mengundang bapak/ibu/sdr/i

Kami yang berbahagia
Sihar Lubis& Hennya Poerbha Gambir

•♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•♥••♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•
Bukan Ω̶̣̣̥̇̊Q yang mencarimu
Ω̶̣̣̥̇̊tau kamu yang mencari Ω̶̣̣̥̇̊Q
Tetapi Tuhanlah yang menemukan kita
•♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•♥••♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•

Mr & Mrs drs.J. Purba/R. Nababan
And
Mr & Mrs T. Lubis, BAsc/ JM Simanjuntak

Request the honor of your presence of the marriage of

Henny Arida Purba, S.KM (Henny)
To
Sihar Fernandus Lubis, S.T (Sihar)

Saturday, 14 September 2013 at 10.30
HKBP Moria Medan – Jl. Sei Mencirim Medan
And the culture ceremony at 12.30
Wisma Jaya Puri – Jl. Sei Mencirim #172 Medan

With Love,
Sihar & Henny